Nama : Rima
Nurul Oktaviani
Kelas :
3EB26
NPM :
27213711
Tugas Softskill Bulan Pertama :
1. Penalaran
Ilmiah
2. Berpikir
Deduktif
3. Berpikir
Induktif
A.
Penalaran Ilmiah
1.
Pengertian
Penalaran
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis,
berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses
inilah yang disebut menalar.
Maka Pengertian dari Penalran Ilmiah
Kemampuan
menalarlah yang membedakan manusia dari binatang. Kemampuan menalar ini lah
kekuatan manusia yang menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan.
Binatang juga mempunyai pengetahuan tetapi hanya terbatas untuk bertahan hidup
(survival). Manusia mampu mengembangkan kemampuannya karena dua hal, yaitu yang
pertama manusia mempunyai bahasa untuk berkomunikasi dan mampu menyampaikan
informasi atau pendapat. Hal yangke 2 manusia mempunyai kemampuan berpikir
menurut kerangka berpikir tertentu.
2. Ciri-ciri
Penalaran
Berikut ini merupakan ciri-ciri
penalaran:
1)
Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat
disebut logika (penalaran merupakan suatu proses berpikir logis).
2)
Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada
hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah
tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir secara analitik.
Secara detail penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Logis
Suatu
penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang
secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
2)
Analitis
berarti bahwa
kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam
merangkai, menyusun atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke
dalam suatu pola tertentu.
3)
Rasional
artinya
adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang
memang dapat dipikirkan secara mendalam.
3.
Prinsip-prinsip penalaran adalah:
Prinsip
dasar penalaran hanya ada tiga prinsip, yang mengemukakan pertama kali adalah
Aristoteles, yaitu sebagai berikut:
a.
Prinsip identitas
Prinsip ini dalam istilah latin
ialah principium indentitas. prinsip identitas berbunyi: ’’sesuatu hal
adalah sama dengan halnya sendiri’’. Dengan kata lain, “sesuatu yang disebut p
maka sama dengan p yang dinyatakan itu sendiri bukan yang lain”.
b. Prinsip kontradiksi (principium
contradictionis)
Prinsip
kontradiksi berbunyi: “sesuatu
tidak dapat sekaligus merupakan hal itu dan bukan hal hal itu pada waktu yang
bersamaan”, atau “sesuatu pernyataan tidak mungkin mempunyai nilai benar dan
tidak benar pada saat yang sama”. Dengan kata lain, “sesuatu tidaklah mungkin
secara bersamaan merupakan p dan non p”.
c. Prinsip eksklusi (principium
exclusi tertii)
Prinsip eksklusi tertii, yakni
prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak adanya kemungkinan ketiga.
Prinsip ekslusi tertii berbunyi
“sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu atau bukan hal tertentu maka
tidak ada kemungkinan ketiga yang merupakan jalan tengah. Dengan kata lain,
“sesuatu x mestilah p atau non p tidak ada kemungkinan ketiga”. Arti dari
prinsip ini ialah bahwa dua sifat yang berlawanan penuh (secara mutlak) tidak
mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, mestilah hanya salah satu yang
dapat dimilikinya.
4. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5
aspek/matra. Kelima aspek tersebut adalah:
a.
Aspek keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan
antarbagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya,
bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada
pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah – tujuan
– dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan
bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus berkaitan
juga dengan kesimpulan.
b.
Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan
tentang sesuatu yang harus didahulukan/ditampilkan kemudian (dari hal yang
paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus
mengikuti urutan pola pikir tertentu.Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan
dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka
analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas
secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan
sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah
c.
Aspek argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang
menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan
kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan
ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas
(pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam analisis harus memuat
argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
d.
Aspek teknik penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang
dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun
dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal.
e.
Aspek bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa
dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan
bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru
akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan
ilmiah akademis.
B. Berpikir Deduktif
1.
Pengertian
Deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang
berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan
yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang di tangkap atau
di ambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Hal ini adalah suatu sistem
penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan
yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang
disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
a. Dasar
pemikiran utama (premis mayor)
b. Dasar
pemikiran kedua (premis minor)
c. Kesimpulan
Contoh:
Premis mayor :
Semua siswa SMP kelas 7 wajib mengikuti kegiatan OSPEK.
Premis minor :
Adi adalah siswa kelas 7 SMP
Kesimpulan
: Adi wajib mengikuti kegiatan OSPEK
Contoh di
atas merupakan bentuk penalaran deduktif. proses penalaran itu berlangsung
dalam tiga tahap. Pertama, generalisasi sebagai pangkal tolak. Kedua, penerapan
atau perincian generalisasi melalui kasus tertentu. Ketiga, kesimpulan deduktif
yang berlaku bagi kasus khusus itu. Deduksi menggunakan silogisme dan entimem.
Dapat
disimpulkan secara lebih spesifik bahwa argumen berpikir deduktif dapat
dibuktikan kebenarannya. Kebenaran konklusi dalam argumen deduktif bergantung
pada dua hal, yaitu kesahihan bentuk argumen berdasarkan prinsip dan hukumnya;
dan kebenaran isi premisnya berdasarkan realitas. Sebuah argumen deduktif tetap
dapat dikatakan benar berdasarkan bentuknya, meskipun isinya tidak sesuai
dengan realitas yang ada; atau isi argumen deduktif benar menurut realitas
meskipun secara bentuk ia tidak benar.
2.
Ciri-ciri
Deduktif
1) Berawal dari
sesuatu yang umum
2) Penjelasan
merupakan hal-hal yang khusus
3) Berasal dari
asumsi-asumsi logis
4) Menggunakan
metode silogisme dan etimem
5) Suatu saat
bisa dibuktikan
6) Kebenarannya
jelas dan nyata
3.
Macam-macam
penalaran deduktif diantaranya :
1) Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme
adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1
kesimpulan.
2) Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
4.
Jenis-Jenis Silogisme
1)
Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor/
Premis Umum)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor / Premis
Khusus).
Akasia membutuhkan air (Konklusi / Kesimpulan
2)
Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi)
3)
Silogisme
Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri
atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4)
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya
premis minor dan kesimpulan. Contoh
entimen:
·
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang
dalam sayembara itu.
·
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda
berhak menerima hadiahnya.
5) Silogisme Disjungti
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disyungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor. Seperti pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Silogisme ini ada dua macam yaitu:
a. Silogisme disjungtif dalam arti sempit
Silogisme disjungtif dalam arti sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif.
Contoh:
Heri jujur atau berbohong.(premis1)
Ternyata Heri berbohong.(premis2)
Ia tidak jujur (konklusi).
b.
Silogisme
disjungtif dalam arti luas
Silogisme disjungtif
dalam arti luas berarti premis mayornya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif.
Contoh:
Ternyata tidak di
rumah.(premis2)
∴
Hasan di pasar (konklusi).
C. Berpikir Induktif
1.
Pengertian Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang
bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum
2.
Ada 3 macam penalaran Induktif :
1.
Generalisasi
Merupakan penarikan
kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.Dibagi menjadi 2 :
a.
Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan
induktif
Fakta yang diberikan
cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
·
Sensus Penduduk.
·
Jika dipanaskan, besi memuai
Jika dipanaskan, baja
memuai
Jika dipanaskan, tembaga
memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b.
Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan
loncatan induktif
Fakta yang digunakan
belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Contoh :
Setelah kita menyelidiki
sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka
bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa
yang suka bergotong-royong.
2.
Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan
data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki
karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi :
Tujuan dari analogi :
·
Meramalkan kesamaan.
·
Mengelompokkan klasifikasi.
·
Menyingkapkan kekeliruan
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.
3.
Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip
sebab-akibat. Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a)
Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke
kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b)
Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang dianggap
sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c)
Akibat ke akibat = Dari satu akibat ke akibat lainnya
tanpa menyebutkan penyebabnya.
Daftar Pustaka
Deduktif
Induktif
http://dinaanggreini65.blogspot.co.id/2013/10/cara-berpikir-deduktif-dan-induktif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar