Nama : Rima Nurul Oktaviani
Kelas : 3EB26
NPM : 27213711
Tugas Softskill Bulan Kedua :
1. Aspek Penalaran Dalam
Karangan Ilmiah
2. Konsep Menulis Laporan
Ilmiah
A.
Aspek
Penalaran Dalam Karangan Ilmiah
Suatu
karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang.
Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut
adalah:
1.
Aspek Keterkaitan
Yaitu hubungan antar bagian yang satu dengan
yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah
harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat harus berkaitan.
Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, pembahasan,
dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2.
Aspek Urutan
Yaitu pola urutan tentang suatu yang
harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke
hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan
pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir
secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan
dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan
lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus
sebagai penutup karangan ilmiah.
3.
Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang
menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan
kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan
ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas
(pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat
argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu
bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini
bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan
karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan
menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu
bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan
bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya
sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Penalaran Induktif dan Deduktif
1.
Penalaran Induktif
Penalaran
induktif merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan khusus
(premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang umum. Beberapa bentuk penalaran
induktif adalah sebagai berikut:
a)
Generalisasi
Generalisasi
merupakan proses penalaran yang betumpu pada beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, kawat memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jadi, jika dipanaskan, benda logam
memuai.
b)
Analogi
Analogi merupakan proses penalaran
dengan cara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama atau yang
memiliki kemiripan dalam hal-hal tertentu. Apa yang berlaku pada hal yang satu
akan berlaku juga pada hal yang lain karena dua hal tersebut memiliki
kemiripan.
Misalnya seorang pernah membeli
jeruk. Waktu itu, dia harus memilih dengan saksama untuk mendapatkan jeruk yang
manis, bahkan harus mencicipinya pula. Akhirnya memang mendapatkan jeruk yang
manis dan dicermatilah karakter jeruk itu dari segi fisiknya. Kulit jeruk agak
kekuningan, teraba agak tipis dan sedikit lembek. Pada saat yang lain dia
membeli jeruk lagi. Kali ini tidak harus memilih jeruk dengan susah payah. Dia
dapat menetapkan jeruk di hadapannya itu manis atau masam hanya dengan
menggunakan rujukan karakter jeruk yang pernah dibelinya. Cara demikian
berbentuk analogi.
c)
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah bentuk
penalaran dengan cara mengaitkan gejala-gejala yang saling berhubungan dalam
hukum kausalitas. Penalaran dalam bentuk hubungan kausal ini dapat bertolak
dari sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab.
Misalnya, bila kita bakar kayu tentu
akan muncul asap (sebab-akibat). Bila dari kejauhan kita tahu ada asap
membumbung ke angkasa, maka kita bisa menyimpulkan bahwa di bawahnya terdapat
api (akibat-sebab)
2.
Penalaran
Deduktif
Penalaran deduktif dapat diartikan sebagai suatu
proses berpikir di mana orang memulai dari pernyataan yang umum menuju pernyataan
yang khusus (spesifik) dengan menggunakan aturan-aturan logika yang dapat
diterima. Penalaran ini merupakan suatu sistem yang digunakan untuk
mengorganisir fakta-fakta yang telah diketahui guna membuat suatu kesimpulan.
Proses ini dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme,
yang berisi premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
Scorates
pasti mati (kesimpulan)
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung. Dikatakan penarikan kesimpulan secara
langsung bila ditarik dari satu premis, sedangkan bila ditarik dari dua premis
disebut secara tidak langsung.
a. Menarik Kesimpulan secara Langsung
1. Konversi
Konversi merupakan penarikan kesimpulan secara
langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-
Subjek
premis menjadi predikat kesimpulan.
-
Predikat
premis menjadi subjek kesimpulan.
-
Kualitas
premis sama dengan kualitas kesimpulan.
-
Term yang
tidak tersebar dalam premis juga tidak tersebar dalam kesimpulan.
2. Oversi
Oversi merupakan cara penarikan kesimpulan secara
langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-
Subjek
premis sama dengan subjek kesimpulan.
-
Predikat
kesimpulan kontradiktori dengan predikat premis.
-
Kualitas
kesimpulan kebalikan dari kualitas premis.
-
Kuantitas
kesimpulan sama dengan kuantitas premis.
3. Kontraporsisi
Kontraporsisi merupakan jenis pengambilan kesimpulan
dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-
Subjek
kesimpulan adalah kontradiktori predikat premis.
-
Predikat
kesimpulan adalah subjek premis.
-
Kualitas
kesimpulan tidak sama dengan kualitas premis.
-
Tidak ada
term yang tersebar.
b. Menarik Kesimpulan secara Tidak
Langsung
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial terdiri atas
dua proposisi sebagai premis dan satu proposisi sebagai kesimpulan. Premis yang
bersifat umum disebut premis mayor, sedangkan yang bersifat khusus
disebut premis minor. Adapun dalam kesimpulan terdapat subjek dan
predikat. Subjek kesimpulan disebut term minor, sedangkan predikat
kesimpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua binatang berjenis jantan dan betina (premis
mayor)
Sapi adalah binatang (premis minor)
Jadi, sapi berjenis jantan dan betina (kesimpulan)
2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis merupakan bentuk
silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional
hipotesis. Pada silogisme hipotesis ini, bila premis mayornya membenarkan
anteseden, maka kesimpulannya akan membenarkan konsekuen. Bila premis minornya
menolak anteseden, maka kesimpulannya akan menolak konsekuen.
Contoh:
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas dibakar.
Jadi, kertas hangus.
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas tidak dibakar.
Jadi, kertas tidak akan hangus.
3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif ditandai dengan
premis mayor alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu
alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia seorang guru.
Jadi, dia bukan seorang pengusaha.
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia bukan seorang guru.
Jadi, dia seorang pengusaha.
4. Entimen
Biasanya, silogisme jarang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, dalam penarikan kesimpulan tidak
mengeksplisitkan premis mayor. Hal ini dikarenakan oleh telah diketahuinya
sifat dalam premis mayor tersebut. Dengan demikian, yang dikemukakan hanya
premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Semua peserta upacara ikut berbaris.
Raehani adalah peserta upacara.
Jadi, Raehani ikut berbaris.
Dalam berkomunikasi sehari-hari,
contoh silogisme di atas lebih banyak diungkapkan dalam entimen demikian: “Raehani
ikut berbaris karena peserta upacara.” atau “Karena sebagai peserta
upacara, Raehani ikut berbaris.”
B.
Konsep Menulis Laporan
Ilmiah
1. Pengertian Laporan Ilmiah
Laporan adalah
suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari
seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat
berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu
karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh
dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk
jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan
ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun
untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu
2. Jenis-jenis Laporan Ilmiah
Dari
beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis Laporan Ilmiah yaitu sebagai
berikut :
a) Laporan Lengkap (Monograf):
-
Menjelaskan
proses penelitian secara menyeluruh.
- Teknik
penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu
yang bersangkutan.
-
Menjelaskan
hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
- Menjelaskan
(juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
- Organisasi
laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan
seterusnya,haruslah padat dan jelas).
b) Artikel Ilmiah
-
Artikel
ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
- Isi artikel
ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
- Artikel
ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam
laporan lengkap.
c) Laporan Ringkas
Laporan
ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang
lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi
masyarakat umum).
3. Ciri - Ciri Laporan yang baik
Laporan yang
baik mendukung beberapa hal antara lain:
-
Penggunaan
bahasa yang ilmiah (baku).
-
Dalam
penulisan laporan hanya menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
-
Laporan
disertakan dengan identifikasi masalah
-
Data yang
lengkap sebagai pendukung laporan
-
Adanya
kesimpulan dan saran
-
Laporan
dibuat menarik dan juga interaktif
4. Syarat Laporan Ilmiah
Suatu karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi
syarat sebagai berikut :
-
Penulisannya
berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
-
Pembahasan
masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
- Tulisan
harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman Umum
- Ejaan Bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah
(PUPI)
- Tulisan
disusun dengan metode tertentu
- Tulisan
disusun menurut sistem tertentu
- Bahasanya
harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat sehingga tidak
terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun kerancuan.
5.
Sistematika Laporan Ilmiah
Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena
berisi hal-hal yang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan
lengkap. Laporan ilmiah atau laporan formal terdiri atas :
Bagian Awal
1) Hal-hal yang termasuk
bagian awal adalah :
2) Halaman sampul
3) Halaman judul
4) Abstrak
5) Kata Pengantar
6) Daftar Isi
7) Daftar Gambar
8) Daftar Lampiran
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang Masalah
b.
Identifikasi Masalah
c.
Pembatasan Masalah
d.
Perumusan Masalah
e.
Kegunaan Penelitian
f.
Definisi Operasional
BAB II KAJIAN PUSTAKA
a. Kajian pustaka setiap
variabel
b. Hipotesis (jika ada)
BAB III METODE PENELITIAN
a. Rancangan Penelitian
b. Tempat dan Waktu
Penelitian
c. Populasi dan Sampel
Penelitian
d. Metode Penelitian
e. Instrumen Penelitian
f. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Deskripsi Hasil
Penelitian
b. Uji Prsayarat Analisis
c. Pengujian Hipotesis
d. Pembahasan hasil
penelitian
BAB V KESIMPULAN
a. Kesimpulan
b. Implikasi
c. Saran
Bagian Akhir
1) Daftar Pustaka
2) Lampiran
3) Riwayat Hidup Penulis
Daftar Pustaka
Konsep Laporan ilmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar