Rabu, 11 November 2015

Aspek penaran dan Konsep Laporan Ilmiah

Nama : Rima Nurul Oktaviani
Kelas : 3EB26
NPM : 27213711
Tugas Softskill Bulan Kedua :
1.     Aspek Penalaran Dalam Karangan Ilmiah
2.     Konsep Menulis Laporan Ilmiah

    A.   Aspek Penalaran Dalam Karangan Ilmiah
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:
1.     Aspek Keterkaitan
Yaitu hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan  dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
2.     Aspek Urutan
Yaitu pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.

3.     Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4.      Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5.      Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.

Penalaran Induktif dan Deduktif
1.      Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan khusus (premis) untuk menghasilkan kesimpulan yang umum. Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut:

a)      Generalisasi
Generalisasi merupakan proses penalaran yang betumpu pada beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk menghasilkan kesimpulan umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, kawat memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jadi, jika dipanaskan, benda logam memuai.

b)     Analogi
Analogi merupakan proses penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama atau yang memiliki kemiripan dalam hal-hal tertentu. Apa yang berlaku pada hal yang satu akan berlaku juga pada hal yang lain karena dua hal tersebut memiliki kemiripan.
Misalnya seorang pernah membeli jeruk. Waktu itu, dia harus memilih dengan saksama untuk mendapatkan jeruk yang manis, bahkan harus mencicipinya pula. Akhirnya memang mendapatkan jeruk yang manis dan dicermatilah karakter jeruk itu dari segi fisiknya. Kulit jeruk agak kekuningan, teraba agak tipis dan sedikit lembek. Pada saat yang lain dia membeli jeruk lagi. Kali ini tidak harus memilih jeruk dengan susah payah. Dia dapat menetapkan jeruk di hadapannya itu manis atau masam hanya dengan menggunakan rujukan karakter jeruk yang pernah dibelinya. Cara demikian berbentuk analogi.

c)      Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah bentuk penalaran dengan cara mengaitkan gejala-gejala yang saling berhubungan dalam hukum kausalitas. Penalaran dalam bentuk hubungan kausal ini dapat bertolak dari sebab ke akibat atau dari akibat ke sebab.
Misalnya, bila kita bakar kayu tentu akan muncul asap (sebab-akibat). Bila dari kejauhan kita tahu ada asap membumbung ke angkasa, maka kita bisa menyimpulkan bahwa di bawahnya terdapat api (akibat-sebab)




2.      Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif dapat diartikan sebagai suatu proses berpikir di mana orang memulai dari pernyataan yang umum menuju pernyataan yang khusus (spesifik) dengan menggunakan aturan-aturan logika yang dapat diterima. Penalaran ini merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengorganisir fakta-fakta yang telah diketahui guna membuat suatu kesimpulan. Proses ini dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme, yang berisi premis mayor, premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Semua manusia pasti mati (premis mayor)
Scorates adalah seorang manusia (premis minor)
Scorates pasti mati (kesimpulan)

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Dikatakan penarikan kesimpulan secara langsung bila ditarik dari satu premis, sedangkan bila ditarik dari dua premis disebut secara tidak langsung.
a.       Menarik Kesimpulan secara Langsung
1.      Konversi
Konversi merupakan penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-          Subjek premis menjadi predikat kesimpulan.
-          Predikat premis menjadi subjek kesimpulan.
-          Kualitas premis sama dengan kualitas kesimpulan.
-          Term yang tidak tersebar dalam premis juga tidak tersebar dalam kesimpulan.

2.      Oversi
Oversi merupakan cara penarikan kesimpulan secara langsung dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-          Subjek premis sama dengan subjek kesimpulan.
-          Predikat kesimpulan kontradiktori dengan predikat premis.
-          Kualitas kesimpulan kebalikan dari kualitas premis.
-          Kuantitas kesimpulan sama dengan kuantitas premis.

3.      Kontraporsisi
Kontraporsisi merupakan jenis pengambilan kesimpulan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
-          Subjek kesimpulan adalah kontradiktori predikat premis.
-          Predikat kesimpulan adalah subjek premis.
-          Kualitas kesimpulan tidak sama dengan kualitas premis.
-          Tidak ada term yang tersebar.

b.      Menarik Kesimpulan secara Tidak Langsung
1.      Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial terdiri atas dua proposisi sebagai premis dan satu proposisi sebagai kesimpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor, sedangkan yang bersifat khusus disebut premis minor. Adapun dalam kesimpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek kesimpulan disebut term minor, sedangkan predikat kesimpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua binatang berjenis jantan dan betina (premis mayor)
Sapi adalah binatang (premis minor)
Jadi, sapi berjenis jantan dan betina (kesimpulan)

2.      Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis merupakan bentuk silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Pada silogisme hipotesis ini, bila premis mayornya membenarkan anteseden, maka kesimpulannya akan membenarkan konsekuen. Bila premis minornya menolak anteseden, maka kesimpulannya akan menolak konsekuen.
Contoh:
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas dibakar.
Jadi, kertas hangus.
Jika kertas dibakar, kertas akan hangus.
Kertas tidak dibakar.
Jadi, kertas tidak akan hangus.

3.      Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif ditandai dengan premis mayor alternatif. Jika premis minornya membenarkan salah satu alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia seorang guru.
Jadi, dia bukan seorang pengusaha.
Dia seorang guru atau pengusaha.
Dia bukan seorang guru.
Jadi, dia seorang pengusaha.

4.      Entimen
Biasanya, silogisme jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, dalam penarikan kesimpulan tidak mengeksplisitkan premis mayor. Hal ini dikarenakan oleh telah diketahuinya sifat dalam premis mayor tersebut. Dengan demikian, yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Semua peserta upacara ikut berbaris.
Raehani adalah peserta upacara.
Jadi, Raehani ikut berbaris.
      Dalam berkomunikasi sehari-hari, contoh silogisme di atas lebih banyak diungkapkan dalam entimen demikian: “Raehani ikut berbaris karena peserta upacara.” atau “Karena sebagai peserta upacara, Raehani ikut berbaris.”


B.   Konsep Menulis Laporan Ilmiah
1.      Pengertian Laporan Ilmiah
Laporan adalah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu

2.      Jenis-jenis Laporan Ilmiah 
Dari beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis Laporan Ilmiah yaitu sebagai berikut :

a)      Laporan Lengkap (Monograf):
-          Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
-      Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
-          Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
-    Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
-        Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).

b)      Artikel Ilmiah
-         Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
-    Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
-    Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

c)      Laporan Ringkas
Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).


3.      Ciri - Ciri Laporan yang baik
Laporan yang baik mendukung beberapa hal antara lain:
-          Penggunaan bahasa yang ilmiah (baku). 
-          Dalam penulisan laporan hanya menerima tulisan dengan jenis perintah bukan tanya.
-          Laporan disertakan dengan identifikasi masalah
-          Data yang lengkap sebagai pendukung laporan
-          Adanya kesimpulan dan saran
-          Laporan dibuat menarik dan juga interaktif

4.      Syarat Laporan Ilmiah
Suatu karya dapat dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat sebagai berikut :
-          Penulisannya berdasarkan hasil penelitian, disertai pemecahannya
-          Pembahasan masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita/ fakta
-         Tulisan harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa, Pedoman Umum
-      Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), serta Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI)
-       Tulisan disusun dengan metode tertentu
-       Tulisan disusun menurut sistem tertentu
-      Bahasanya harus lengkap, terperinci, teratur, ringkas, tepat, dan cermat sehingga tidak terbuka kemungkinan adanya ambiguitas, ketaksaan, maupun kerancuan.

5.      Sistematika Laporan Ilmiah
Laporan ilmiah dapat berbentuk naskah atau buku karena berisi hal-hal yang terperinci berkaitan dengan data-data yang akurat dan lengkap. Laporan ilmiah atau laporan formal terdiri atas :

Bagian Awal
1)      Hal-hal yang termasuk bagian awal adalah :
2)       Halaman sampul
3)       Halaman judul
4)       Abstrak
5)      Kata Pengantar
6)      Daftar Isi
7)      Daftar Gambar
8)      Daftar Lampiran

Bagian Inti

BAB I PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang Masalah
b.      Identifikasi Masalah
c.       Pembatasan Masalah
d.      Perumusan Masalah
e.       Kegunaan Penelitian
f.       Definisi Operasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA
a.  Kajian pustaka setiap variabel
b.  Hipotesis (jika ada)

BAB III METODE PENELITIAN
a.  Rancangan Penelitian
b.  Tempat dan Waktu Penelitian
c.   Populasi dan Sampel Penelitian
d.  Metode Penelitian
e.  Instrumen Penelitian
f.   Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a.  Deskripsi Hasil Penelitian
b.  Uji Prsayarat Analisis
c.   Pengujian Hipotesis
d.  Pembahasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN
a.  Kesimpulan
b.   Implikasi
c.   Saran

Bagian Akhir
1)      Daftar Pustaka
2)      Lampiran
3)      Riwayat Hidup Penulis


Daftar Pustaka

Konsep Laporan ilmiah